Tuesday, December 19, 2017

NU Kaffah Tak Cukup Hanya Amaliah




Menjadi NU Kaffah lahir dan batin bukan hanya ditandai dengan rajin yasinan dan tahlilan, maulidan dan tradisi-tradisi yang dianggap milik NU. Jika NU sejati hanya ditandai dengan amaliah tersebut maka kini banyak ormas-ormas non NU yang juga ikut mengamalkan tradisi tersebut yang disebut mendadak NU.

Ada banyak motif mengapa mendadak NU atau ormas non NU tapi berasa NU. Bisa karena merebut simpati dari warga NU agar tidak dicap radikal sehingga dianggap sebagai sedulur atau keluarga, memuluskan agenda politik sehingga ideologinya bisa ditanam ditengah-tengah warga NU dan bisa motif yang terakhir yaitu ketika sudah terdesak sehingga tidak diberangus atau tidak terendus ideologi politiknya untuk merusak NU dan merusak NKRI. Modus baru untuk menutup kedok ideologinya yaitu mendadak NU atau menyamar menjadi moderat rasa NU. Modus inilah yang kemudian dipakai kelompok anti NU untuk menggerus dan merusak NU.

Untuk menjadi NU Kaffah, paling tidak memahami mindset ideologi atau paradigma NU disamping amaliyah yakni dalam hal akidah, syariah, fikrah, uswah dan harakah.

Dalam bidang akidah, NU menganut akidah rumusan dari dua teolog besar Aswaja-Sunni yakni Abu Hasan al-Asy'ari (Asya'irah) dan Abu Mansur al-Maturidi (Maturidiah). Ada banyak aliran atau sekte teologi didunia ini sejak era klasik hingga kini mulai dari Muktazilah, Jabariyah, Qadariyah, Khawarij, Wahabiyah, Khawarij, Murji'ah, Syiah dan Ahmadiyah.

Dalam bidang syariah, NU melakukan pendekatan madzhab yakni mengakomodasi madzhab-madzhab Sunni yang mu'tabarah (kredibel) dalam rangka mengamalkan ajaran al-Qur'an dan Hadits yakni madzhab Maliki, Hanafi, Syafi'i dan Hambali. Hal ini adalah keniscayaan karena memahami al-Qur'an dan Hadits memerlukan ilmu yang mumpuni, jauhnya jarak kehidupan nabi hingga pasca nabi yang melahirkan berbagai problem sosial. Para imam madzhab inilah yang memiliki kapasitas sebagai mujtahid sehingga keilmuannya dijadikan sebagai istinbat hukum untuk menyelesaikan berbagai persoalan sesuau dengan hukum syariah.

Dalam pemikiran dakwah (fikrah), NU mengakomodasi empat model dakwah yaitu tasamuh (moderat), tawasuth (pertengahan, tidak liberal dan tidak tekstual), tawazun (asas keseimbangan) dan i'tidal (keadilan). Sedangkan dalam pengambian hukum, NU mengakomodasi empat sumber hukum Islam yakni Al-Qur'an, Hadits, Ijma dan Qiyas.

Dalam ranah uswah, NU menerima konsep tasawuf (sufistik) untuk membentuk akhlak yang mulia. Tasawuf atau ajaran tarekat (thariqah) adalah sarana latihan (riyadhah), konsentrasi spiritual (mujahadatun nafs) untuk membentuk hati yang bersih dan lembut sehingga terhindar dari sifat-sifat tercela. Dua sufi besar yang menjadi rujukan NU adalah tasawuf yang dikembangkan oleh al-Ghazali dan Junaid al-Baghdadi. Sekte tasawuf yang lurus dihimpun oleh NU dalam wadah Jam'iyah Ahlit Thariqah al-Mu'tabarah an-Nahdliyah.

Karena pengagungan atas akhlak inilah, NU sangat menghormati dua jalur besar yang turut andil dalam membesarkan Islam yakni kecintaan kepada sahabat dan penghormatan kepada ahlul bait (dzurriyat Nabi). Mencintai sahabat nabi karena merekalah yang ikut menyokong dan berjuang dalam meluaskan ajaran Islam dan kecintaan kepada keturunan nabi sebagai bentuk menghormati nabi dan berharap atas syafaat nabi. Tidak berlebihan jika kiranya NU sangat memuliakan habaib, ulama, aulia dan orang-orang shalih. Karena ketakziman kepada mereka tidak jarang kemudian NU sering dituduh oleh kelompok gagal paham NU sebagai penyembah kubur, penyembah wali, pemuja habaib, menuhankan kiai dan tuduhan-tuduhan buruk lainnya.

Baca berikutnya: Hafidz Al-Qur'an Yes, Ibnu Muljam No!

Dalam strategi dakwah dan pergerakan (harakah), NU bertujuan membumikan ajaran Al-Qur'an sebagai rahmat dan Islam sebagai agama perdamaian dengan pendekatan dakwah yang telah diajarkan para wali. Pendekatan akulturatif sebagaimana rumus dakwah NU yaitu al-Muhafadzatu 'alal qadimis shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah yakni merawat dan menjaga tradisi yang baik yang terdahulu dan mengambil hal baru yang lebih baik yang memiliki kemaslahatan.

Dengan pendekatan dakwah ini, NU tidak memusuhi adat istiadat dan agama manapun. Jika ada adat istiadat yang bertentangan dengan syariah maka disempurnakan dan diperbaiki agar sesuai dengan bingkai syariah. NU selalu menjaga semangat ukhuwah yang dirumuskan dalam tiga konsep yakni ukhuwah islamiyah/diniyah (persaudaraan satu iman), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan satu bangsa) dan ukhuwah insaniyah/basyariyah (persaudaraan kemanusiaan).

2 comments:

  1. Monggo shbtku jk brmnfaat. Mtrnwn ats kerawuhannya. Slm kenal. Mhn mf ats sgala kkuranganny dn slm sulaturahim.

    ReplyDelete

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...