Sunday, December 24, 2017

Menghafal Al-Qur'an dengan Cinta



Oleh Suryono Zakka

Sungguh kemuliaan bagi orang yang dikaruniai Allah kemampuan menghafal Al-Qur'an. Mereka akan dimuliakan oleh Allah berupa syafaat, kedudukan yang terpuji, mendapatkan pahala yang melimpah, bersama malaikat yang mulia dan tentunya orang terpilih yang diberi amanah oleh Allah sebagai penjaga wahyu (Al-Qur'an).

Menghafal ayat Al-Qur'an bisa dimana saja asalkan terjaga kebersihan dan kesucian tempatnya. Bisa di Pesantren, masjid, mushalla, majelis Al-Qur'an, rumah tahfidz dan sebagainya.

Meskipun begitu, tidak semua orang diberikan kemampuan dalam manghafal seluruh ayat Al-Qur'an. Alhamdulillah jika sahabat bercita-cita ingin menghafal Al-Qur'an karena itu adalah cita-cita yang mulia yang dilakukan oleh orang-orang shalih sejak dahulu. Rasulullah, sahabat, tabi'in, tabi'ut tabi'in, ulama salaf dan generasi terpilih setelahnya adalah para penjaga wahyu yang jasanya sangat besar dalam periwayatan Al-Qur'an.

Setelah bercita-cita menghafal Al-Qur'an maka yang juga sangat penting adalah motivasi atau spirit karena tanpa motivasi yang tinggi  maka cita-cita tidak akan pernah terlaksana dan pasti mengalami kegagalan. Berikut tips awal dan pedoman pokok dalam menghafal Al-Qur'an.

1. Niat

Niat adalah prioritas yang utama. Segala amalan diterima atau ditolak terletak pada niat awalnya. Niat yang dimaksud adalah niat yang dilakukan ikhlas karena mencari ridha Allah bukan karena manusia atau selain Allah. Bukan karena ingin dipuji atau terkenal dan mendapat popularitas, bukan karena ingin mendapat keuntungan duniawi atau kekayaan dan bukan pula karena ingin disebut sebagai orang yang bertakwa atau ahli ibadah.

Dengan niat yang lurus, insyaAllah segala rintangan dan cobaan dalam proses menghafal akan mudah untuk dilalui. Tidak mudah putus asa, tidak mudah mengeluh dan hatinya akan selalu bersih dari iming-iming duniawi.

2. Sabar

Sabar adalah kata kunci yang kedua dalam proses menghafal. Semua kesuksesan baik sukses dunia maupun akhirat hanya bisa dilalui dengan kesabaran. Sabar memang mudah untuk diucapkan namun tidak mudah untuk diekspresikan. Setiap amal bisa dilakukan hanya dengan modal kesabaran.

Apa saja yang harus bersabar dari menghapal? Harus terus menerus mengulang hafalan baik saat membuat hafalan ataupun mengulang hafalan (muraja'ah). Membuat hafalan saja membutuhkan kesabaran lebih-lebih dalam menjaga hafalan sepanjang hidup hingga akhir hayat. Hafalan tidak bersifat konstan atau ajeg sehingga sewaktu-waktu bisa hilang walaupun sebelumnya sudah lancar. Agar tidak hilang dari memori atau ingatan (data base) maka muraja'ah (mengulang atau mengecek hafalan) adalah keharusan dalam menjaga hafalan agar tidak hilang. Cobaan dalam muraja'ah sama beratnya dengan menghafal karena berbagai aktivitas dan kesibukan yang seringkali melenakan.

وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ  ؕ  وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَ ۙ
Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu'. [QS. Al-Baqarah: Ayat 45]

3. Istiqamah

Selain bersabar, istiqamah atau kontinuitas sangat diperlukan baik dalam menghafal maupun menjaga hafalan. Jika tidak kontinyu dalam menghafal maka hafalan tidak akan bertambah dan begitu juga tidak kontinyu dalam muraja'ah maka hafalan bisa saja hilang. Menyengaja untuk tidak muraja'ah dan melupakan hafalan mengakibatkan dosa.

Bagi para hafidz dan hafidzhah memiliki kewajiban untuk istiqamah menjaga hafalan. Tidak boleh berbangga diri karena lancarnya hafalan sehingga terlena dan tidak mau muraja'ah. Untuk keistiqamahan, biasanya para penghafal Al-Qur'an meluangkan waktu setiap harinya beberapa jam untuk muraja'ah seperti ba'da shalat maktubah, setelah shalat tahajjud atau waktu khusus lainnya.

Murajaah atau menjaga hafalan bukan hanya dilakukan secara individu namun bisa juga dilakukan secara kolektif atau berkelompok membentuk perkumpulan atau jam'iyah. Jam'iyah sima'an Al-Qur'an menjadi rutinitas bagi para hafidz hafidzah dibeberapa pesantren seperti misalnya di Pondok Pesantren An-Nur, Ngrukem, Bantul, Yogyakarta. Di Pesantren ini, simaan Al-Qur'an juga dilakukan saat memperingati hari-hari besar Islam dan umumnya dilakukan semalam suntuk dimulai saat sore hari atau setelah shalat maghrib hingga sebelum atau setelah shalat shubuh. Para hafidz biasanya dibagi dalam membaca setiap juznya.

Jika sahabat yang bukan berlatar belakang dari pesantren atau tidak dipesantren, boleh juga dan sangat baik untuk membentuk forum sima'an Al-Qur'an sehingga bisa memperat silaturahim para hafidz dan hafidzah, membangkitkan semangat dalam membumikan Al-Qur'an dan tentunya saling menjaga dan saling memperbaiki hafalan agar tidak hilang dan hafalannya semakin sempurna.

اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ  الْمَلٰٓئِكَةُ اَلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَـنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ  تُوْعَدُوْنَ
Sesungguhnya orang-orang yang berkata, "Tuhan kami adalah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu."
[QS. Fussilat: Ayat 30]

4. Menjauhi kemaksiatan

Ketentuan yang tidak boleh dilanggar bagi para penghafal Al-Qur'an adalah menjauhi kemaksiatan. Kemaksiatan bisa datang dari berbagai sumber mulai dari hati, pandangan, tangan dan sebagainya. Karena banyaknya kemaksiatan inilah, maka para penghafal Al-Qur'an selalu mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah dengan selalu menyucikan hati (tazkiatun nafs), menjaga penglihatan, mengekang diri dari berbuat maksiat (riyadhah) dan melakukan amalan-amalan sunnah tertentu seperti puasa sunnah agar terhindar dari segala dosa.

Dalam mengekang dosa dan syahwat dunia, para penghafal Al-Qur'an lebih banyak disibukkan untuk membasahi lisannya dengan ayat-ayat Al-Qur'an. Mengurangi pembicaraan yang sia-sia atau banyak berkata-kata dan harus banyak mentadabburi (memahami) dari setiap ayat yang dihafalnya sehingga ayat yang dihafalnya bisa menjadi petunjuk, rahmat, obat dan pelipur lara dalam hidupnya.

5. Hidup zuhud

Zuhud bukan berarti menjauhi perkara dunia namun mengurangi syahwat dan angan-angan yang panjang terhadap dunia. Bukan pula anti dengan pernak-pernih dunia sehingga mengharamkan dunia namun mencintai dunia hanya sebatas dalam genggaman.

Sikap zuhud yang diemban para penghafal Al-Qur'an adalah hidup sederhana dan menjauhi kemewahan, berkata secukupnya saja sehingga lisan dan hatinya selalu terpaut dengan ayat Al-Qur'an, menjauhi angan-angan kecintaan terhadap dunia, qanaah yaitu merasa cukup atas pemberian Allah yang bersifat dunia dan tentunya menjadikan Al-Qur'an sebagai sumber kepribadian. Idealnya, semakin banyak hafalan maka akan semakin banyak memahami kandungan Al-Qur'an sehingga bertambah pula akhlak dan kepribadian. Mulia dihadapan Allah dan mulia pula dihadapan manusia.

Demikian tips awal untuk menjadi hafidz dan hafidzah. Semoga langkah dan cita-cita kita senantiasa dimudahkan oleh Allah swt. Kita, anak-anak kita dan semua keturunan kita menjadi pecinta Al-Qur'an, mendapat syafaat Al-Qur'an dan tentunya memiliki akhlak yang mulia sebagaimana akhlak nabi yang terlukis didalam Al-Qur'an.

Selain mengetahui tips awal dalam menghafal, yang tak kalah pentingnya adalah memilih guru yang benar sehingga ilmunya bisa dipertanggungjawabkan. Menghafal tak hanya cukup menyetel atau mendengarkan kaset/video murattal tapi perlu adanya talaqqi yaitu mendatangi atau konfirmasi kepada guru ahli Al-Qur'an sehingga setiap hal yang tidak dipahami bisa segera ditanyakan. Ada banyak bacaan Al-Qur'an yang tidak sama persis membacanya dengan teks atau tulisan. Bacaan Al-Qur'an bukan hanya sekedar bacaan Arab namun sudah ada periwayatan tentang kaidah, pedoman dan cara membacanya sebagaimana yang telah diajarkan oleh malaikat Jibril kepada Rasulullah turun temurun secara berkesinambungan hingga saat ini. Silsilah periwayatan ini disebut dengan sanad. Selain itu, sangat penting juga memilih guru yang berakidah lurus dan berakhlak mulia.

Simak selanjutnya: Kalam Cinta untuk Gusdur

وَاِنَّكَ  لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
Dan sesungguhnya engkau (Muhammad), benar-benar berbudi pekerti yang luhur. [QS. Al-Qalam: Ayat 4]

قَالُوْا سُبْحٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ اِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا   ؕ  اِنَّكَ اَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ
Mereka menjawab, "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana." [QS. Al-Baqarah: Ayat 32]


No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...