Tuesday, December 5, 2017

Sikap NU terhadap Wahabi dan Syiah



Misi berdirinya NU selain sebagai benteng NKRI yang dikala itu adalah sebagai kekuatan perlawanan terhadap kaum penjajah, juga memiliki misi sebagai benteng akidah Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) Sunni di Nusantara dari berbagai macam akidah yang menyimpang terutama Wahabi dan Syiah (Rafidhah).

Dalam praktiknya, sikap penolakan NU terhadap Wahabi dan Syiah memiliki pola yang berbeda. Disatu sisi, NU menghadapi Wahabi dengan begitu tegas dan "ganas" sedangkan disatu sisi penolakan NU terhadap Syiah lebih moderat dan toleran.

Mengapa demikian?

Wahabi merupakan sekte takfiri (alhamdulillah sekarang sudah ada Wahabi Tobat) yang lantang dan terang-terangan menyerang amaliah dan tokoh-tokoh aswaja dengan tuduhan bid'ah (sesat), musyrik dan sebagainya. Proyek mewahabikan Nusantara yang sejak belum lahirnya NU (1926) hingga kini senantiasa gencar dilakukan melalui buku-buku bergenre dakwah atau merk sunnah, radio, televisi, situs dan website serta di zaman now ini melalui group atw cyber dengan merk atau slogan lama yakni kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah manhaj salaf.

Agaknya keganasan wahabi lokal terhadap NU mulai kendur saat ini (walau tetap masih harus diwaspadai) karena dakwah NU yang santun dan ramah, dalil atau argumen yang handal dan tanpa caci maki. Disamping itu, banyaknya muncul pendekar-pendekar, prajurit-prajurit, mujahid-mujahid Aswaja muda generasi milenia yang siap "tarung" menghadapi Wahabi dengan cerdas dan tangkas secara intelektual.

Angin segar juga membawa berkah bagi Aswaja Nusantara yang di dalangi oleh NU dengan "virus" Islam Nusantaranya sukses menyihir dunia terutama dunia Timur Tengah wabil khusus Arab Saudi sehingga jatuh cinta dengan NU dan "berhasrat" mengadopsi Islam Nusantara. Saudi ingin menjadi Islam moderat yang terbuka bagi semua madzhab, membabat habis kelompok radikal dan menggulung tikar paham Wahabi yang selama ini menjadi paham resmi kenegaraan.

Berbeda dengan Syiah, NU membendungnya dengan pendekatan kultural yakni dialog dan semangat toleransi. Pendekatan yang berbeda ini disebabkan karena sikap Syiah yang berbeda dengan Wahabi. Jika Wahabi lebih garang dan terkadang tidak cerdas maka Syiah lebih kalem dan memiliki intelektual yang memadai. Karena paham Syiah tidak dengan mencaci maki atau mengkafirkan amaliah Aswaja khususnya NU maka NU pun tidak akan mencaci maki dan mengkafirkan.

Dalam karya Hadratusy Syeikh KH Hasyim Asy'ari yang berjudul Risalah Ahlussunnah Wal Jamaah, berdirinya NU adalah membendung sekte Syiah Rafidhah yakni sekte Syiah yang memiliki kebiasaan mencaci maki atau mencela para sahabat Nabi. Ada beberapa macam sekte dalam madzhab Syiah selain Rafidhah yakni Imamiyah Itsna Asyariyah (12 Imam), Zaidiyah, Kaisaniyah, Ismailiyah dan Qaramithah. Sekte Syiah ini (selain Syiah Rafidhah) tidak memiliki doktrin untuk mencela atau mencaci maki sahabat.

Sikap Aswaja terhadap Syiah juga tercetus dalam Risalah Amman (Amman Message) yakni Konferensi Dunia Islam Internasional. Konferensi ini diadakan di Amman, Mamlakah Arabiyyah Yordania, dengan tema (terjemahan Indonesia) “Islam Hakiki dan Perannya dalam Masyarakat Modern”. (27-29 Jumadil Ula. 1426 H. / 4-6 Juli 2005 M.) ditetapkan bahwa Madzhab Syiah adalah bagian dari madzhab Islam yang tidak boleh dimusuhi demi persatuan umat Islam.

Dengan sikap NU ini, lantas apa akibatnya?

Ulama Aswaja Sunni yang tidak memusuhi Syiah akan dituduh Wahabi sebagai Syiah atau minimal pembela Syiah. Tidak aneh lagi jika hampir mayoritas tokoh atau ulama Sunni (NU) dituduh sebagai penganut Syiah.

Wahabi memang tidak rela dan akan selalu gerah jika Sunni dan Syiah berdamai karena hal ini akan membawa masa depan yang buruk bagi Wahabi. Atas dasar itulah kemudian Wahabi berbupaya keras dan senantiasa memprovokasi permusuhan antara Sunni dan Syiah.

Dengan provokasi yang gencar dan massif dari Wahabi, tidak heran pula jika ada penganut Aswaja Sunni yang berafiliasi dengan Wahabi dan ikut-ikutan membenci, melaknat atau mengkafirkan Syiah. Kelompok inilah yang kemudian berkoalisi yakni koalisi Aswaja-Wahabi untuk menjegal Syiah. Kedua kubu koalisi kemudian bekerjasama menyerang pengurus struktural NU yang sah dengan cacian, hinaan dan fitnah.

Bagi NU, ini adalah problematika besar dan penyimpangan terhadap misi suci NU yaitu membendung Wahabi dan Syiah. NU Kaffah tidak akan mungkin bersekutu dan "berselingkuh" dengan kelompok yang menebarkan kebencian, fitnah dan tuduhan terhadap amaliyah Aswaja. NU kaffah akan selalu menegakkan Aswaja dengan membendung Syiah dengan sikap toleran tanpa harus bersekutu dengan Wahabi. NU punya cara tersendiri yang lebih terhormat untuk menegakkan risalah Aswaja dengan semangat perdamaian dan toleransi.

Istiqamah bersama NU memang berat karena harus mengetahui konteks siapa yang dihadapi. Al-Qur'an pun memberikan acuan strategi dakwah yang bersifat dinamis-kondisional. Kapan harus berdakwah dengan cara teladan dan contoh yang bijak ( hikmah), dengan nasehat (mauidhatil hasanah) kepada mereka yang berbeda dengan cara yang santun dan kapan pula harus berdakwah dengan cara yang tegas tanpa kompromi (mujadalah) kepada mereka yang dengan sangat jelas menunjukkan perlawanan dan permusuhan.

Baca berikutnya: Tuhan Sejati

Tidak dipungkiri bahwa setiap sekte atau madzhab Islam membawa misi untuk menyebarkan ajarannya. Tiga sekte Islam yakni Aswaja-Sunni, Wahabi dan Syiah akan selalu berkompetisi untuk memperluas penganutnya hanya saja ada yang berkompetisi secara sehat dan inilah yang perlu dicontoh dan ada yang berkompetisi secara tidak sehat yaitu menganggap diluar kelompoknya pasti sesat, sebagai musuh dan harus diperangi.
Bagi NU, Aswaja Sunni adalah mayoritas umat Islam diseluruh dunia maka tugasnya adalah mempertahankan akidah Aswaja dari kelompok lain sesuai dengan konteksnya. Kapan harus lemah lembut dan santun dan kapan pula serta paham kepada siapa saja yang memerlukan ketegasan dalam menghadapinya.

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...